PAREPARE–Safirah mungkin tidak pernah menyangka akan menjadi buah bibir warga. Penyakit aneh dengan puluhan logam menyerupai paku di tubuhnya tidak menjadikannya berbeda dengan teman-teman seusianya. Ia tetap lincah, layaknya balita normal.
Safirah Putri, balita yang lahir tiga tahun silam ini kini menyita perhatian publik. Betapa tidak, di balik kepolosan layaknya balita pada umumnya, ia menderita penyakit langka nan aneh. Di betis dan punggungnya, terdapat benda asing sejenis logam dengan jumlah yang tidak sedikit. Sebanyak 19 biji pada betis kiri, 7 betis kanan, dan satu di punggungnya.
Hasil rontgen kaki Safira yang berisi paku (Foto: Abdillah/Sindo TV)
Safirah Putri adalah anak semata wayang dari pasangan Ibrahim dan Syarifah Hamsiah. Ia lahir di Kabupaten Soppeng sebelum kemudian hijrah ke Kota Parepare. Dari penuturan Syarifah Hamsiah, ibunya, Safirah yang lahir 30 Agustus 2008, terlahir normal seperti anak-anak kebanyakan. Tidak ada kelainan atau tanda-tanda aneh lainnya.
Safirah kemudian tumbuh besar hingga di usianya sekarang, pun sama dengan bayi pada umumnya. Di usia-usia tertentu Safirah belajar tengkurap, bicara, dan berjalan menurut proses pertumbuhan bayi.
Sayangnya, Safirah tidak seberuntung kawan-kawannya. Menginjak usia dua tahun, karena faktor ekonomi ayahnya meninggalkanya, pergi entah kemana. Ibunya, Hamsiah, tidak tahu menahu dimana suaminya kini.
Sayangnya, Safirah tidak seberuntung kawan-kawannya. Menginjak usia dua tahun, karena faktor ekonomi ayahnya meninggalkanya, pergi entah kemana. Ibunya, Hamsiah, tidak tahu menahu dimana suaminya kini.
"Sudah setahun ini ayahnya menghilang tanpa kabar. Entah dimana iya kini, saya tidak tahu. Tapi perasaan saya mengatakan ia sudah menikah lagi dan kemungkinan besar berada di Malaysia," tuturnya.
Enam bulan setelah kepergian ayahnya merupakan awal kejadian aneh menimpa diri Safirah. Sepulang dari bermain, ibunya mendapati logam berbentuk paku keluar dari betis kirinya. Uniknya, tidak disertai darah. Safirah bahkan tidak sedikitpun mengeluh kesakitan.
"Setelah paku dari betisnya saya cabut, Safirah langsung kembali bermain. Ia dan kawan-kawannya berlarian seperti tidak terjadi apa," kata Hamsiah.
Melihat ia baik-baik saja, lanjutnya, kekagetan saya seketika hilang. "Inilah mengapa saya tidak pernah berniat memeriksakan Safirah ke dokter. Terlebih lagi karena ekonomi yang bisa dibilang tidak ada."
"Hidup saya menumpang di rumah ayah saya Sayyed Hamid. Sewaktu saya menceritakan perihal Safirah ayah saya meminta saya untuk diam agar tidak terjadi kehebohan," bebernya.
Seminggu kemudian, aku Hamsiah, kejadian serupa terulang lagi. Paku sepanjang tujuh centimeter kembali keluar dari betis Safirah. Begitu juga dua minggu dan tiga minggu berikutnya. Hingga total logam yang keluar berjumlah empat buah. Dan karena menuruti permintaan ayahnya, Hamsiah mengaku tetap bungkam hingga ia pindah ke Parepare mengikuti adik ayahnya, Syarifah Fatimah.
Di rumah Fatimah inilah, untuk kali pertama Hamsiah membuka suara mengenai keganjilan anaknya. Pada saudara-saudaranya ia mengaku telah empat kali mengeluarkan benda asing yang dia simpulkan sebagai paku dari betis kiri Safirah. Sampai pada akhirnya, melalui bantuan beberapa media dan aparat kelurahan setempat, Safirah dijemput petugas Rumah Sakit Andi Makkasau untuk diteliti lebih lanjut.
Selama di rumah sakit, tidak ada yang berubah pada diri Safirah. Ia tetap ceria dan menyambut setiap tamu yang menyambanginya. Malah jika sedang bermain, ia akan meninggalkan permainannya dan berdiri menatap tamunya.
Safirah bahkan tampak bergeming saat secara bergantian pengunjungnya menyempatkan memegang betisnya. Tidak ada reaksi sedikitpun yang ia tampilkan, dengan ekspresi datar, ia membiarkan orang-orang memencet betisnya untuk sekadar merasakan kerasnya logam yang berada di permukaan kulitnya.
Empat hari di rumah sakit, Safirah mendapatkan perawatan berupa obat antibiotik, salep kulit dan sirup penambah kekebalan. Pasalnya, menurut Ramli Ap, Kepala Humas Rumah Sakit Andi Makkasau luka gatal di kaki Safirah menunjukkan tanda-tanda infeksi. Muncul bisul bernanah dan sedikit mengeluarkan darah. Sedangkan obat sirup diperuntukkan untuk menambah kekebalan tubuhnya pra operasi yang dilakukan kemarin tepat lima hari Safirah dirawat.
Saat dikunjungi FAJAR (Group JPNN), Selasa, 1 November, Safirah yang didorong memasuki ruang operasi tampak lemah dan sedikit mengantuk. Menurut penjelasan beberapa perawat yang mengantarnya, kemungkinanya obat bius yang disuntikkan dokter sudah mulai bereaksi.
Selama dua jam, tim medis yang terdiri atas spesialis bedah, spesialis anak, spesialis penyakit kulit dan kelamin, spesialis penyakit dalam, serta ahli radiologi berjuang mengeluarkan benda-benda tersebut. Hasilnya cukup mencengankan. Dari penjelasan dokter Spesialis Bedah Kamruddin Said, bisa dipastikan semuanya adalah benda asing.
Menurutnya, secara medis, benda menyerupai logam tersebut 25 di antaranya adalah besi, satu aluminium dan satunya lagi jarum suntik. Bentuknya seperti paku namun tidak memiliki kepala. Runcing dan terdapat beberapa pengait. Tepatnya terlihat seperti peluru senjata rakitan asal palopo yang dikenal dengan papporo. Posisinya menancap dan hanya ada tiga yang melintang.
"Benda ini sengaja dimasukkan ke dalam secara bertahap. Tampak dari beberapa diantaranya masih berada dipermukaan. Caranya bagaimana, inilah yang perlu diselidiki. Tetapi yang jelas, pada betis anak-anak ini (Safirah red) sudah membentuk trek atau aliran terutama paku yang paling besar ini," terangnya sembari memerlihatkan paku sepanjang enam centimeter.
Yang paling rumit dari operasi besar ini, kata Kamaruddin, sebelah kanan. Membukanya jauh ke dalam, rumitnya lagi karena sudah hampir mengenai otot kaki. Kesulitannya, adalah memisahkan saraf dan pembuluh darah.
Sedangkan penjelasan mengenai empat paku yang enam bulan lalu keluar tanpa disertai darah, Kamaruddin menjelaskan mengenai reaksi tubuh menolak benda asing yang dengan sendirinya akan mengeluarkan bendanya pada jalurnya sehingga tidak berdarah.
"Karena benda asing dikeluarkan semua, beda kalo kelainan pertumbuhan, cukup sebagian saja. Terutama karena bendanya sudah karatan sehingga menimbulkan luka infeksi," kata Kamaruddin.
Ia menambahkan, bahwa kasus Safirah adalah yang pertama kali di Parepare untuk benda asing sebanyak itu. Mengenai pembiayaannya, menurutnya semuanya gratis dibantu jamkesda.
Ia menambahkan, bahwa kasus Safirah adalah yang pertama kali di Parepare untuk benda asing sebanyak itu. Mengenai pembiayaannya, menurutnya semuanya gratis dibantu jamkesda.
0 komentar:
Posting Komentar